Skip to main content

PILIHAN KARIR SESUAI TIPE KEPRIBADIAN

 MANUSIA perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal diri sendiri maka manusia akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Namun demikian, tidak semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya.Mereka ini memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya, dan bantuan ini dapat diberikan oleh melalui layanan bimbingan dan konseling (Walgito, 2004).

Awal munculnya teori bimbingan dan konseling yang berawal dari pelaksanaan vocational guidance (bimbingan jabatan), banyak tokoh yang berusaha untuk menganalisis vocational guidance dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Beberapa tokoh itu antara lain Bordin, Hoppock, Super, dan Roe ( 1943, 1957, 1957 dan 1957), telah memaparkan teori
tentang pemilihan karir atau jabatan.

Menurut Holland (1985) menjelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Seseorang dalam memilih pekerjaan atau jabatan, itu tergantung pada tingkat penilaian terhadap dirinya sendiri (self evaluation), yaitu variabel-variabel yang dapat diukur dengan skala status diri. Faktor-faktor penilaian diri diasumsikan sebagai penyebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pemilihan pekerjaan.

Berdasarkan rumusannya menjelaskan bahwa penyebab hubungan itu memiliki kecenderungan lebih signifikan dalam tingkat pemilihan pekerjaan. Tingkatan pekerjaan disamakan dengan penilaian diri, tingkatan faktor-faktor penilaian diri dan intelejensi ini akan membentuk tingkatan sedemikian rupa, sehingga orang memiliki urutan kecenderungan terhadap lingkungan pekerjaan. Pengukuran penilaian diri ditujukan untuk mengetahui jabatan atau pekerjaan seseorang dengan nantinya akan diklasifikasikan. Penempatan urutan corak hidup itu sangat bergantung dari tingkat kecerdasan serta penilainnya terhadap diri sendiri atau tipe kepribadian seseorang (Holland, 1985).

Selanjutnya Holland (1985) mengemukakan bahwa tipe kepribadian dalam pemilihan pekerjaan berdasarkan atas kepribadian yang disusun atas dasar minat. Individu tertarik pada suatu karir tertentu karena tipe kepribadiannya dan juga berbagai variabel yang melatarbelakanginya. Pada dasarnya, pilihan karir merupakan ekspresi atau perluasan tipe kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian terhadap steriotip okupasional tertentu. Semua orang dapat digolongkan menurut patokan sampai seberapa jauh mereka mendekati salah satu diantara enam tipe kepribadian, yaitu Tipe Realistik (The Realistic Type), Tipe Peneliti atau Pengusut (The Investigative Type), Tipe Seniman (The
Artistic Type), Tipe Sosial (The Social Type), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type), dan Tipe Orang Rutin (Conventional Type).

Berdasarkan penelitian Onayase (2009) tentang hubungan antara tipe kepribadian dan pilihan karier pada siswa SD Negeri di Negeria ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan pada taraf 0,05 antara aspek tipe kepribadian yaitu tipe peneliti, tipe seniman, tipe sosial, tipe pengusaha dengan pilihan karier.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Reinhold (2008) bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara pilihan pekerjaan dan lapangan pekerjaan menggunakan MBTI dengan tipe kepribadian pada dokter gigi, bagian oudit, bagian keuangan, tehnik mesin, guru matematika guru seni dan pegawai bank.


Berdasarkan hasil penelitian yang bertolak belakang antara Onayase (2009) dengan Reinhold (2008) maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali tentang hubungan antara tipe kepribadian dengan pemilihan karier pada siswa.

Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau karier merupakan persiapan remaja sebelum masuk ke dunia kerja serta merupakan tugas perkembangan remaja sebagai calon tenaga kerja dengan memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Potensi-potensi yang dimaksud adalah termasuk pengetahuan keterampilan, kreativitas, kemampuan dan sikap terhadap pekerjaan. Pembuatan keputusan tentang karier yang dipilih harus dipadukan antara pekerjaan dan karier yang dikehendaki dengan potensi-potensi pribadi yang dimiliki Holland dalam Sukardi (1994), sehingga remaja diharapkan dapat belajar bagaimana melepaskan diri dari bantuan individu tua dengan mendapatkan pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja di masa depan.

Menurut Holland (1979) suatu pilihan pekerjaan atau karier merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang sigfikan yang memiliki peranan bagi individu. Seseorang dalam memilih pekerjaan atau karier dipengaruhi penilaian terhadap dirinya sendiri (self evaluation), yaitu variabel-variabel yang dapat diukur dengan skala status diri. Faktor penilaian diri diasumsikan sebagai penyebab dan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pilihan pekerjaan atau karier. Tingkat pilihan karier diwarnai oleh penilaian diri, sedangkan faktor penilaian diri dan  intelegensi akan membentuk tingkat, sehingga seseorang memiliki urutan kecenderungan terhadap lingkungan pekerjaan. Pengukuran penilaian diri ditujukan untuk mengetahui pekerjaan atau karier seseorang yang akan diklasifikasikan. Individu tertarik pada suatu jabatan / karier tertentu karena kepribadiannya dan juga berbagai variabel yang melatar belakangi. Pilihan karier merupakan ekspresi atau perluasan tipe kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian terhadap steriotip okupasional tertentu. Orang di AS dapat digolongkan mendekati salah satu diantara enam tipe kepribadian, yaitu Tipe Realistik (The Realistic Type), Tipe Investigatif (The Investigative Type), Tipe Artistik (The Artistic Type), Tipe Sosial (The Social Type), Tipe Wirausaha (The Enterprising Type), dan Tipe Konvensional (Conventional Type) (Holland, 1979).

Selanjutnya Holland dalam Sukardi (1994) mengungkapkan bahwa pemilihan pekerjaan hasil dari interaksi antara faktor hereditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul individu tua, individu dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting.

Sedangkan menurut Sukardi (1994) pemilihan setiap jabatan atau pekerjaan adalah suatu tindakan ekspresif yang memantulkan motivasi, pengetahuan, kepribadian dan kemampuan individu seseindividu. Jabatan-jabatan menggambarkan suatu pandangan hidup, suatu lingkungan daripada menetapkan fungsi-fungsi atau ketrampilan kerja secara terpisah. Pilihan jabatan/ karier yang dipilih individu diyakini bahwa jabatan itu paling baik untuk memenuhi kebutuhannya. Pilihan karier siswa juga dapat diartikan tingkat kemampuan siswa dalam menentukan karier. Jadi pilihan karier yang dipilih menurut tingkat kemampuan individu dan diyakini bahwa jabatan yang dipilih adalah jabatan paling baik untuk memenuhi kebutuhannya.

Selanjutnya dinyatakan bahwa pemilihan karier merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hayat bagi mereka yang mencari banyak kepuasan dari pekerjaannya. Pemilihan karier yang dibuat pada awal proses perkembangan vokasional sangat berpengaruh terhadap pilihan-pilihan selanjutnya. Perkembangan karier individu masih harus membuat pilihan-pilihan diantara kemungkinan untuk meningkatkan kariernya dan memperoleh kepuasan pribadi yang mendalam.


Pada teori yang dikembangkan oleh Holland (1979) menjelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara factor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Selain itu John L. Holland juga merumuskan tipe-tipe (golongan) kepribadian dalam pemilihan pekerjaan berdasarkan atas inventori kepribadian.

Suasana lingkungan pekerjaan tertentu merupakan corak hidup yang utama dan pertama, urutan model orientasi kedua terhadap lingkungan kerja yang lainnya dan merupakan corak hidup yang kedua bagi seseorang untuk selanjutnya. Penempatan urutan corak hidup itu sangat bergantung dari tingkat kecerdasan serta penilainnya terhadap diri sendiri. Makin jelas penempatan urutan corak hidupnya maka akan semakin menghasilkan pola pilihan yang tepat bagi seseorang.

Model orientasi Holland (1979) ini mengajukan model orientasi berdasarkan budaya Amerika. Adapun model orientasi yang dijabarkan oleh John L. Holland adalah sebagai berikut: 1. Realistis. Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan kerja yang berorientasi kepada penerapan. Ciri-cirinya yaitu; mengutamakan kejantanan, kekuatan otot, ketrampilan fisik, mempunyai kecakapan, dan koordinasi motorik yang kuat, kurang memiliki kecakapan verbal, konkrit, bekerja praktis, kurang memiliki ketrampilan social, serta kurang peka dalam hubungan dengan orang lain. Orang model orientasi realistis dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas-tugas yang konkrit, fisik, eksplisit yang memberikan tantangan bagi penghuni lingkungan ini. Untuk dapat memecahkan masalah yang lebih efektif seringkali memerlukan bentuk-bentuk kecakapan, gerakan, dan ketahanan tertentu. Diantaranya kecakapan mekanik, ketahanan dan gerakan fisikuntuk berpindah-pindah dan seringkali berada diluar gedung.Sifat-sifat yang nampak dengan jelas dari tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan dan keberhasilan.

Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, operator mesin/radio, sopir truk, petani, penerbang, pengawas bangunan, ahli listrik, dan pekerjaan lain yang sejenis.

2. Intelektual. Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat akademik. Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk merenungkan daripada mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah, berorientasi pada tugas, tidak sosial.
Membutuhkan pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur, memiliki nilai-nilai dan sikap yang tidak konvensional dan kegiatan-kegiatanya bersifat intraseptif. Orang model orientasi intelektual dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas yang memerlukan berbagai kemampuan abstark, dan kreatif. Bukan tergantung kepada pengamatan pribadinya. Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan efisien diperlukan intelejensi, imajinasi, serta kepekaan terhadap berbagai masalah yang bersifat intelektual dan fisik. Kriteria keberhasilan dalam melaksanakan tugas bersifat objektif dan bisa diukur, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama dan secara bertahap. Bahan dan alat serta perlengkapan memerlukan kecakapan intelektual daripada kecakapan manual. Kecakapan menulis mutlak dipelihara dalam oreientasi ini.

Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, ahli fiika, ahli biologi, kimia, antropologi, matematika, pekerjaan penelitian, dan pekerjaan lain yang sejenis.

3. Sosial. Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan pekerjaan yang bersifat membantu orang lain. Ciri-ciri dari tipe model ini adalah pandai bergaul dan berbicara, bersifat responsive, bertanggung jawab, kemanusiaan, bersifat religiusm membutuhkan perhatian, memiliki kecakapan verbal, hubungan antarpribadi, kegiatan-kegiatan rapid an teratur, menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara intelektual, lebih berorientasi pada perasaan. Orang model orientasi sosial memiliki ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan untuk menginterpretasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Secara umum orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan status.


Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, guru, pekerja sosial, konselor, misionari, psikolog klinik, terapis, dan pekerjaan lain yang sejenis.

4. Konvensional. Tipe model ini pada umumnya memiliki kecenderungan untuk terhadap kegiatan verbal, ia menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerical (angka) yang teratur, menghindari situasi yang kabur, senang mengabdi, mengidentifikasikan diri dengan kekuasaaan, memberi nilai yang tinggi terhadap status dan kenyataan materi, mencapai tujuan dengan mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan. Orang model orientasi konvensional pada lingkungan nyatanya ditandai dengan
berbagai macam tugas dan pemecahan masalah memerlukan suatu proses informasi verbal dan dan matematis secara kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis. Berhasilnya dalam pemecahan masalah akan nampak dengan jelas dan memerlukan waktu yang relative singkat.

Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, kasir, statistika, pemegang buku, pegawai arsip, pegawai bank, dan pekerjaan lain yang sejenis.

5. Usaha. Tipe model ini memiliki ciri khas diantaranya menggunakan ketrampilan-ketrampilan berbcara dalam situasi dimana ada kesempatan untuk menguasai orang lain atau mempengaruhi orang lain, menganggap dirinya paling kuat, jantan, mudah untuk mengadakan adaptasi dengan orang lain, menyenangi tugas-tugas sosial yang kabur, perhatian yang besar pada kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif dalam kegiatan
lisan. Orang model orientasi usaha ditandai dengan berbagai macam tugas yang menitikberatkan kepada kemampuan verbal yang digunakan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain.

Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, pedagang, politikus, manajer pimpinan eksekutif perusahaan, perwakilan dagang, dan pekerjaan lain yang sejenis.

6. Artistik. Tipe model orientasi ini memiliki kecenderungan berhubungan dengan orang lain secara tidak langsung, bersifat sosial dan sukar menyesuaikan diri. Orang model orientasi artistic ini ditandai dengan berbagai macam tugas dan masalah yang memerlukan interpretasi atau kreasi bentuk-bentuk artistic melalui cita rasa, perasaan dan imajinai. Dengan kata lain, orientasi artistic lebih menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar dilakukan dengan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan yang bersifat intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut ketrampilan fisik.

Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, ahli musik, ahli kartum ahli drama, pencipta lagu, penyair, dan pekerjaan lain yang sejenis.

Dari beberapa pengertian pilihan karier menurut Holland (1979) dapat disimpulkan bahwa pemilihan karier adalah suatu proses pemilihan jabatan/ karier yang dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis, sosiologis, kultural geografis, pendidikan, fisik, ekonomi dan kesempatan terbuka yang di dalamnya menggambarkan motivasi, pengetahuan mengenai masalah-masalah jabatan, pemahaman diri, keyakinan, nilai kebutuhan, kemampuan, ketrampilan, minat, sifat kepribadian sehingga mengarah pada pola tingkah laku tertentu selaras dengan pengharapan masyarakat dan budayanya.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

PERENCANAAN KARIR SISWA SMK

Arti dan Pentingnya Perencanaan Karir Memperoleh karir atau pekerjaan yang layak dan sesuai harapan, merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Betapa orang akan merasa sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang jelas, apalagi kalau sampai menjadi penganggur. Demikian pula banyak orang yang mengalami stres dan frustrasi dalam hidup ini karena masalah pekerjaan. Menggapai karir yang gemilang tidak didapatkan hanya dengan melewati proses semalam. Ia membutuhkan kerja keras, aktualisasi diri yang mendalam, dan kemauan untuk terus belajar. Seorang professional yang berhasil dalam karirnya adalah ia yang telah merintisnya sejak muda. Para praktisi SDM mengatakan, ”Orang yang berhasil pada umumnya akan melakukan analisa serta mengetahui apa yang menjadi tujuan karirnya, apa rencana serta tindakan yang diambil untuk mencapai karir yang diharapkan”. Pengertian Karir Pekerjaan tidak serta merta merupakan ...

DAHSYATNYA KEUTAMAAN BERSYUKUR

  a. Manfaat Bersyukur Dalam kehidupan kita pasti pernah mangalami hal yang membuat kita bahagia dan kadang juga malah membuat kita merasa menjalani hidup adalah sebuah  penderitaan. Bersyukurlah atas kehidupan yang telah Allah berikan, kita masih diberi kesempatan untuk hidup bernafas bebas, panca indra yang sempurna. Berikut manfaat bersyukur dalam kehidupan , diantaranya : 1.  Hidup dalam keberuntungan Orang yang hidupnya bersyukur akan selalu berfikir positif didalam setiap hal yang menimpanya baik yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan. 2.  Hidup dalam kebahagiaan Orang yang bersyukur akan selalu merasa hidupnya penuh dengan kecukupan, oleh karena itu mereka selalu merasa bahagia karena yakin bahwa setiap apa yang dia peroleh itulah yang terbaik. 3.  Memiliki wibawa dimata orang lain Orang yang berbahagia adalah orang yang hidupnya penuh dengan kebaikan, mereka memiliki wajah yang di hormati dan disayang oleh banyak orang karena wajah mereka dihiasi ole...

CARA BELAJAR EFEKTIF

Setiap manusia memiliki kewajiban untuk belajar. Sejak kita dilahirkan, kita telah dihadapkan dengan kewajiban untuk belajar, sejak belajar untuk makan, berjalan, hingga kita besar kita belajar di sekolah dan juga dari lingkungan sekitar. Belajar memang memiliki arti yang sangat luas, namun kata ‘belajar’ sering diidentikkan dengan kewajiban seorang anak sekolah atau mahasiswa sebagai pelajar di sekolah formal Sayangnya, meskipun belajar sebenarnya telah kita lakukan sehari-hari, banyak orang yang masih berasumsi bahwa belajar merupakan hal yang tidak menyenangkan. Mereka kebanyakan menganggap belajar sebagai hal yang tidak menyenangkan. Padahal, anggapan ini justru akan membuat kegiatan belajar menjadi tidak menyenangkan dan kurang efektif. Oleh karena itu, di artikel kali ini kita akan membahas tentang bagaimana cara belajar efektif menurut psikologi. 1. Rasakan kebutuhan untuk belajar Rasa kebutuhan untuk belajar akan membuat kita menjadi lebih bersungguh-sungguh dalam belajar. Kesu...